Ghawzul Fikr
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memang sulit menentukan secara pasti mulai kapan Ghowzul al-Fikri ini dilancarkan secara sistematik dan siapa penggerak pertamanya. Istilah Al-Ghazwul Fikri (penyerbuan pemikiran) identik dengan al-ghasl al-mukh, thought control dan semacamnya. Esensinya di dalam Al-Qur'an disebut dengan istilah tazyin, tahrif dan tadhlil. Ia merupakan potongan tak terpisahkan dari sikap permusuhan yang dilancarkan musuh-musuh Islam. "Sebenarnya orang-orang kafir itu dijadikan (oleh setan) memandang baik kebijaksanaan kancil mereka dan menghalanginya dari jalan (yang benar).
Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka baginya tidak ada seorang pun yang akan memberi petunjuk". (13:33) "Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap Nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) insan dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Rabbmu menghendaki, pasti mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan". (Q6:112)
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ghazw al-fikr dan Tabligh?
2. Apa saja tantangan tabligh?
3. Bagaimana taktik Ghazw al-Fikr?
4. Apa saja bentuk-bentuk Ghazw al-Fikr?
5. Apa tujuan Ghazw al-Fikr?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Ghazw al-fikr dan tabligh.
2. Untuk mengetahui tantangan tabligh.
3. Untuk mengetahui taktik Ghazw al-Fikr.
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk Ghazw al-Fikr.
5. Untuk mengetahui tujuan Ghazw al-Fikr.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ghazw al-Fikr
Secara etimologi atau kebahasaan, ghazwul fikri terdiri dari dua kata utama. Kata pertama yaitu “ghazwul” dan kata kedua yaitu “fikri”. Ghazwul berarti serangan, invasi, kudeta, atau hal-hal yang mendekati kata “perang”. Para andal beropini bahwa ghazwul disini mengandung artian perang nonfisik, atau perang yang tidak menggunakan fisik sebagai medianya. Hal itu tercermin dari pengertian kata selanjutnya yaitu fikri, yang meliputi artian “pemikiran”.Secara istilah, Ghazwul Fikri yaitu penyerangan dengan banyak sekali cara terhadap pemikiran umat islam guna merubah apa yang ada didalamnya sehingga tidak lagi bisa mengeluarkan darinya hal – hal yang benar dikarenakan telah tercampur aduk dengan hal – hal yang tidak islami.
Al-Ghazwul-Fikri merupakan upaya untuk menjadikan negara-negara Islam (khususnya) supaya selalu menjadi pengekor setia terhadap negara-negara ‘maju’, sehingga tercipta ketergantungan dalam segala bidang. Dalam kaitan Islam kepada negara-negara kafir. Padahal di dalam negara-negara kafir itu tersembunyi banyak sekali ragam kebijaksanaan kancil yang secara licik memperdayakan dunia Islam.
Tidak ada yang lebih mematikan bagi suatu bangsa, selain dirinya menjadi merdeka tetapi hakikatnya terikat oleh banyak sekali belenggu kehinaan dan ketergantungan. Sebab kemerdekaan semua macam itu sanggup mematikan seluruh kemampuan berfikir suatu bangsa akan menjadikan bangsa tersebut tidak bisa membangun negerinya. Kepada orang lain yang dianggapnya lebih mampu.
Sebagian peneliti, berdasarkan Anwar al-Jundi, telah menelusuri jejak upaya al-Ghazwu Fikri ialah tokoh-tokoh mirip Abdullah bin Saba’, Abdullah bin Muqaffa’ dan kaum zanadiqah klasik. Selanjutnya serangan ini berwujud gerakan mirip gerakan Rawandiyah, Bathiniyah dan Qaramithah. Semua gerakan ini di dukung oleh gerakan politik. Gerakan ini kemudian menghimpun para propagandis berhalaisme dari kalangan Yahudi dan Nasrani di dalam kerangka faham majusi purba, Yunani, Persi dan India kuno.
Secara bahasa, Tabligh berasal dari kata balagha, yuballighu, tablighan, yang berarti menyampaikan. Tabigh yaitu kata kerja transtif, yang berarti membuat seseorang sampai, menyampaikan, atau melaporkan, dalam arti memberikan sesuatu kepada orang lain. Dalam bahasa Arab, orang yang memberikan disebut Mubaligh.
Dalam pandangan Muhammad A’la Thanvi, membahas Tabligh sebagai sebuah istilah ilmu dalam retorika, yang didefinisikan sebagai sebuah pernyataan kesastraan yang secara fisik maupun logis mungkin. Bagaimana orang yang diajak bicara bisa terpengaruh, terbuai, atau terbius, serta yakin dengan untaian kata-kata atau pesan yang disampaikan. Makara berdasarkan pendapat ini, dalam Tabligh ada aspek yang bekerjasama dengan kepiawaian penyampai pesan dalam merangkai kata-kata yang indah yang bisa membuat lawan bicara terpesona.
Sedangkan berdasarkan Dr. Ibrahim, Tabligh adalah, “Memberikan informasi yang benar, pengetahuan yang factual, dan hakikat pasti yang bisa menolong dan membantu insan untuk membentuk pendapat yang sempurna dalam suatu kejadian atau dari banyak sekali kesulitan. Sedangkan dalam koteks anutan Islam, tabligh yaitu penyampaian dan pemberitaaan wacana ajaran-ajaran Islam kepada umat manusia, yang dengan penyampaian dan pemberitaan tersebut, pemberita menjadi terlepas dari beban kewajiban memberitakan dan phak peserta gosip menjadi terikat dengannya.
Dalam konsep Islam, tabligh merupakan salah satu perintah yang dibebankan kepada para utusan-Nya. Nabi Muhammad sebagai utusan Allah ia mendapatkan risalah dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada seluruh umat manusia, yang selanjutnya kiprah ini diteruskan oleh pegikut dan umatnya.
B. Tantangan Tabligh
· Tantangan Internal Mubaligh Meliputi:
a. Seorang mubaligh tidak sungguh-sungguh dalam tablighnya, sehingga hasilnya pun jauh dari kesuksesan,
b. Pemahaman islam yang parsial seorang mubaligh, sehingga dia memberikan islam hanya dari satu sudut pandang, hal ini menjadikan pemahaman yang picik dan fanatis,
c. Kurangnya persiapan sebelum memberikan materi tabligh, padahal hal itu penting sekali alasannya hal itu akan mempengaruhi dalam penyampain materi yang tidak garing atau monoton, dan materi kurang mengena,
d. Seringkali seorang mubaligh memilah-milah target tablighnya. Hal ini mengakibatkan mubalagh juga memilah-milah mubalighnya. Alasan mereka menentukan bukan alasannya prinsip syar’i, melainkan alasan yang memperturutkan hawa nafsunya,
e. Kontemplasi, seorang mubaligh seringkali meninggalkan kewajiban untuk menginternalisasikan terlebih dahulu apa yang dia sampaikan kepada pribadinya, atau setidaknya dia sedang berusaha untuk melakukannya. Hal ini penting alasannya tanpa melaksanakan hal itu tabligh yang dilakukanya akan terasa hampa dan hambar,
f. Kurang pekanya seorang mubaligh dalam merespon realita sosial konkret yang terjadi di masyarakat, karenanya materi tabligh yang disampaikan tidak sesuai dengan kebutuhan mubalagh,
g. Wawasan mubaligh yang sempit, sehingga tablighnya tidak universal dan cenderung membosankan.
h. Tidak adanya kaderisasi mubaligh dan organisasi mubaligh yang akan lebih mengefektifkan kegiatan tabligh.
i. Kondisi kehidupan ekonomi seorang mubaligh kurang adil dan sejahtera sehingga sorang mubaligh tidak fokus dalam memberikan tablighnya.
j. Tidak ada administrasi mubaligh
Memperhatikan tantangan-tantangan di atas perlu kiranya kita melaksanakan perenungan dan introspeksi sedalam-dalamnya terhadap diri kita, alasannya setiap orang bisa jadi yaitu seorang mubaligh.
· Tantangan Eksternal Mubaligh Meliputi:
a. Para penguasa tidak menjadikan kegiatan tabligh sebagai kegiatan prioritas dalam rangka membentuk struktur sosial yang madani sehingga kegiatan tabligh lebih banyak dilakukan secara fardiah (pribadi) oleh sebagian kecil komponen masyarakat.
b. Sulitnya melaksanakan segmentasi terhadap mubalagh. Segmentasi mubalagh ini penting dengan tujuan materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan dari mubalagh itu sendiri.
c. Iklim saling memberi dan mendapatkan nasehat yang kurang mendukung di sebagaian kelompok masyarakat.
d. Ghazul fikri (perang pemikiran). Tidak mirip perang pada umumnya yang kita kenal yaitu perang secara fisik, kini ada perang gaya gres yaitu perang pemikiran. Ini yaitu taktik dari para musuh islam untuk memberengus kekuatan Islam. Peristiwa perang salib dengan kemenangan Islam menjadi tolak ukur kekatan Islam, bahwa Islam tidak akan hancur di perangi secara fisik, begitu pula dengan kejadian sejarah dikala Unisovyet menggempur al-Jazair dengan puluhan ribu bom, akan tetapi Al-Jazair yang nota-bene negara Islam masih berdiri tegak hingga sekarang, sedangakan Uni Soviet menjadi hancur beberapa negara, alasannya ketidakmampuannya dan keenggananya untuk menanggung hutang perang dikala menggempur atau memborbardir Al-Zazair sehingga para tokoh Yahudi dan nasrani memutar otak untuk menemukan taktik dalam menghancurkan Islam, maka dicetuskannya ghazwul Fikri.
C. Strategi atau Metode Ghazw al-Fikr
a. Tasykik yaitu gerakan yang berupaya membuat keragu-raguan dan pendangkala. Gerakan ini berupaya membuat keraguan dan pendangkalan dogma kaum Muslimin terhadap agamanya. Misalnya, dengan terus-menerus menyerang (melecehkan) Al-Qur'an dan Hadits, melecehkan Nabi Muhammad Saw atau mengampanyekan bahwa aturan Islam tidak sesuai dengan tuntutan zaman.
b. Tasywih yakni gerakan yang berupaya menghilangkan kebanggaaan kaum Muslimin terhadap agamanya. Caranya, memberikan citra Islam secara buruk sehingga timbul rasa rendah diri di kalangan umat Islam. Di sini, mereka melaksanakan pencintraan negatif wacana agama dan ummat Islam lewat media massa dan lain-lain, sehingga Islam terkesan menyeramkan, kejam, sadis, radikal dan lain sebagainya.
c. Tadhlil atau penyesatan. Upaya orang kafir menyesatkan umat mulai dari cara yang halus hingga cara yang kasar.
d. Taghrib atau pembaratan. Gerakan yang sasarannya untuk mengeliminasi Islam, mendorong kaum muslimin supaya mau mendapatkan seluruh pemikiran dan sikap barat, meskipun itu tidak sesuai dengan syariat dan identitas Islam.
Ada beberapa taktik kaum Yahudi dan nasrani utuk memerangi Ummat Islam, diantaranya dengan 4F 5S (Food, Fun, Fashion, Film, Sex, Smoke, Sains, Sport, Song).
a. Food. Secara tidak pribadi kita telah bersumbang kepada Yahudi dan Nasrani untuk menyerang Islam diantaranya masakan yang bisa kita makan yaitu: McD, Fizza Hut, Coca Colla, dll. Yang bahwasanya makana tersebut lebih dikenal dengan Junk Food (sampah) yang tidak baik untuk kesehatan dan juga bisa menurunkan IQ secara drastic.
b. Fun. Remaja pada masa kini lebih bahagia terhadap hal-hal yang tidak terkait oleh aturan. Biasanya bawah umur remaja lebih suka jalan-jalan di Mall, nonton Bioskop, dan chating dari pada mengikuti kajian wacana ke-Islaman. Secara tidak pribadi umat Islam telah terjajah oleh kesenangan sesaat.
c. Fashion. Masalah ini biasanya lebih digandrungi oleh kaum hawa. Biasanya mereka kurang percaya diri ketika mereka mengenakan baju yang sesuai dengan syari’at Islam. Mereka lebih cenderung menggunakan baju sexi dan menonjolkan aurat. Kalaupun ada yang mengenakan kerudung lebih suka mengenakan kerudung gaul dan bajunya memperlihatkan lekak-likuk tubuhnya.
d. Film. Image kerusakan budpekerti yang diakibatkan oleh banyak sekali aktivitas tayangan TV bukan isapan jempol, Ghazwul Fikri yaitu sebuah proyek besar musuh-musuh Islam yang dilancarkan banyak sekali media TV.
Tanpa disadari film telah banyak mencuci otak kita, terlebih-lebih para remaja. Mereka lebih suka mengikuti trand gaya pacaran, gaya berpakaian, dan gaya bersosialisasi yang sesuai dengan film yang mereka tonton. Secara tidak pribadi dengan film sanggup merusak moral umat Islam dikala ini. Tanpa disadari film telah banyak mencuci otak kita, terlebih-lebih para remaja. Mereka lebih suka mengikuti trand gaya pacaran, gaya berpakaian, dan gaya bersosialisasi yang sesuai dengan film yang mereka tonton. Secara tidak pribadi dengan film sanggup merusak moral umat Islam dikala ini.
Perang pemikiran sendiri di Indonesia kini ini dimulai dengan adanya isu-isu global wacana islam yang berbahaya sehingga orang islam cenderung kehati-hatian dalam mendengan wacana hal-hal berbau islam. Moyoritas islam di Indonesia berada di level duduk kasus dilematis atau kini ini kurang mengikuti perkembangan tenknologi kini ini. Di sisi lain kaum muslimin sekrang lebih mengikuti budaya-budaya atau ternd-trend yang ada dibarat. Contohnya saja cara berpakain yang mengikuti orang-orang barat. Perang pemikran selanjutnya sanggup kita lihat dalam banyak sekali teori yaitu: sekularisme, HAM, pluralism, dan liberalism, yang cukup menjadi bukti bahwa umat islam masa kini telah diwarisi dengan pemikiran-pemikiran tersebut. Bagi kalanga perjaka dan pemudi maupun remaja kini pemikran ini sering menganggapnya benar padahal mereka belum tau bagaiman pemikiran lewat sekularisme, HAM, pluralisme, dan liberalism. Nilai- nilai yang terkandung dalam hal ini sering di gunakan kalau suatu Negara ingin maju dan berkembang. Bahkan Indonesia sendiri ikut merasakan yang namanya HAM, pluralism, dliberalisme sekarng ini. Mengapa? Karna gagasannya sering dimunculkan dalam politik, ekonomi, social maupun di dunia pendidikan. Diera kini ini ghazwul fikri terus berkembang dikalangan remaja atau pun kaum perjaka dan kaum intelektual. Kita bias melihatnya bagaimana suatu forum atau wadah yang memberikan banyak akomodasi mirip beasiswa gratis dan perjaka pemudi yang cerdas ditawari untuk mengecam perguruan tinggi tinggi ternama yang berada diluar negeri. Dalam bidang andal tertentu mereka banyak mepelajari ghazwul fikri.setelah mereka mempelajari itu semua gres mereka melaksanakan kaderisasi,mengrekrut anggota gres atau membangun sebuah organisasi untuk menggerakkan kegiatan ghawul fikri (perang pemikiran). Setelah itu gres mereka dipulangkan ke kawasan asalnya dan melanjutkan kegiatan Ghazwul fikri(perang pemikiran) Salah satunya yaitu Sekularisme. Sekularisme ini murni produk yang dihasilkan dari dunia barat yang pernah disampaiakn oleh (Syeh Muhammad Naquib Al-Attas) dalam karyanya “Islam and Scularism”. Sekularisme sendiri bentuk perang pemikiran yang sudah semenjak usang supaya meruntuhkan nilai-nilai islami. Tidak perlu dipertanyakan lagi, kita bias lihat bagaiman kritik-kritik yang tajam yang dilontarkan
orang maupun tokoh-tokoh lainnya.
D. Bentuk-bentuk Ghazw al-Fikr
1. Perusakan Akhlak
Dengan banyak sekali media musuh-musuh Islam melancarkan program-program yang bertujuan merusak akhlaq generasi muslim. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga yang bau tanah renta sekalipun. Di antara bentuk perusakan itu yaitu lewat majalah-majalah, televisi, serta musik. Dalam media-media tersebut selalu saja disuguhkan penampilan tokoh-tokoh populer yang pola hidupnya jelas-jelas jauh dari nilai-nilai Islam. Mulai dari cara berpakaian, gaya hidup dan ucapan-ucapan yang mereka lontarkan.
Dengan cara itu, mereka telah berhasil membuat idola-idola gres yang gaya hidupnya jauh dari budpekerti Islam. Hasilnya betul-betul luar biasa, banyak generasi muda kita yang tergiur dan mengidolakan mereka.
2. Perusakan Pola Pikir
Dengan memanfaatkan media-media tersebut di atas, mereka juga sengaja menyajikan gosip yang tidak terang kebenarannya, terutama yang berkenaan dengan kaum muslimin. Seringkali mereka memojokkan posisi kaum muslim tanpa alasan yang jelas. Mereka selalu menggunakan kata-kata; teroris, fundamentalis untuk menyampaikan para pejuang kaum muslimin yang gigih mempertahankan kemerdekaan negeri mereka dari penguasaan penjajah yang zhalim dan melampui batas. Sementara itu di sisi lain mereka mendiamkan setiap agresi para perusak, penindas, serta penjajah yang sejalan dengan mereka; mirip Israel, Atheis Rusia, Fundamentalis Hindu India, Serbia, serta yang lain-lainnya. Apa-apa yang hingga kepada kaum muslimin di negeri-negeri lain yaitu sesuatu yang benar-benar jauh dari realitas. Bahkan, sengaja diputarbalikkan dari kenyataan yang sesungguhnya.
3. Sekulerisasi Pendidikan
Hampir di seluruh negeri muslim telah berdiri model pendidikan sekolah yang lepas dari nilai-nilai keagamaan. Mereka sengaja memisahkan antara agama dengan ilmu pengetahuan di sekolah. Sehingga muncullah generasi-generasi terdidik yang jauh dari agamanya. Sekolah macam inilah yang mereka dirikan di bumi Islam pada masa penjajahan (imperialisme), untuk menghancurkan Islam dari dalam tubuhnya sendiri.
4. Pemurtadan
Ini yaitu aktivitas yang paling terang kita saksikan. Secara terang-terangan orang-orang non muslim memperlihatkan “bantuan” ekonomi; mulai dari materi makanan, rumah, jabatan, sekolah, dan lain-lainnya untuk menggoyahkan iman orang-orang Islam.
Abdurrahman membuat 8 kategori aktivitas televisi dan media cetak yang merupakan potongan dari taktik ghazwul fikri, dan karenanya haram ditonton oleh kaum Muslim.
1. Membius pandangan mata/Pameran aurat.
Banyak disuguhkan wanita-wanita calon penghuni neraka dari kalangan artis dan pelacur. Mereka menjadikan ruang redaksi bagaikan rumah bordil yang menggelar zina mata massal. Saluran televisi dan internet berlomba-lomba menyajikan artis-artis, baik dengan pakaian biasa, ketat, pakaian renang, hingga yang telanjang. Penonton diajak untuk tidak punya rasa malu, hilang iman, mengikuti panggilan nafsu, dan menghidupkan dunia mimpi.
2. Membudayakan ikhtilat (campur baur tanpa batas syar’i).
Sekumpulan pria dan perempuan yang bukan mahram, biasa bergumul jadi satu tanpa batas. Tayangan semacam ini tak ubahnya membuka transaksi zina.
3. Membudayakan khalwat (berdua-duaan).
Kisah-kisah percintaan bertebaran di banyak sekali acara. Frekuensi suguhan kisah-kisah pacaran dan kencan makin melegitimasi budaya khalwat.
4. Mengalunkan nyanyian dan musik setan.
Televisi dan banyak sekali media audio banyak menyiarkan bait syair lagu berupa mantera perzinaan yang diiringi alunan alat musik berkedokromantisme.
5. Menyemarakkan zina.
Sajian dari luar negeri maupun lokal yang banyak menyertakan adegan peluk, cium, dan ranjang pertanda bahwa televisi dan internet yaitu corong zina. Aksi zina yang menyeluruh, baik zina mata, telinga, hati, lidah, tangan, kaki, dan kemaluan.
6. Mempromosikan liwath (homoseksual dan lesbian).
Para artis dan selebritis yang mengidap penyakit homoseks dijadikan teladan gaya hidup modern dan high class. Kaum homo makin bebas berkeliaran dengan berlindung di bawah payung hak asasi manusia.
7. Menebarkan syirik.
Televisi banyak mengekspos praktik pedukunan, mistik, ramalan, dan sihir yang sanggup menghancurkan aqidah ummat.
8. Tenggelam dalam laghwun.
Acara-acara yang tak ada keuntungannya banyak disuguhkan untuk pemirsa, contohnya gunjingan/ gosip wacana kehidupan pribadi selebriti dan humor berlebihan, sehingga lupa mengerjakan hal-hal yang justru penting mirip dzikir kepada Allah Subhaanahuwa ta’ala dan berguru ilmu agama maupun dunia.
E. Tujuan Ghazw al-Fikri
1. Menghambat kemajuan umat islam supaya menjadi pengekor barat. Berbagai macam pendapat nyeleneh ditebarkan para orientalis lewat media cetak dan elektronik berhasil menyita perhatian umat islam dan mengetuk sebagian besar potensinya, baik untuk melaksanakan kajian, bantahan dan pelurusan.
2. Agar kaum muslimin menjadi condong terhadap gaya, sikap dan pola pikir barat, Setelah kaum muslimin condong sedikit, tahapan selanjutnya yaitu supaya kaum muslimin mengikuti gaya, sikap dan pola pikir mereka. “Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kau dari apa yang telah kami wahyukan kepadamu, supaya kau membuat yang lain secara bohong terhadap kami, dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kau jadi sobat yang setia. Dan kalau kami tidak memperkuatkan (hati)mu, pasti kau hampir condong sedikit kepada mereka. Kalau terjadi demikian, benar–benarlah kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat – lipat ganda didunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sehabis mati, dan kau tidak akan menerima seorang penolongpun terhadap kami.” Q.S. Al Israa:73-74.
3. Menjauhkan umat islam dari Al – Qur’an, As Sunnah serta anutan – ajarannya melalui keraguan dan penyesatan terhadap umat islam sehingga menyeret orang awam ke jurang yang memisahkan mereka dari keislamannya. Bahkan ada yang keluar dari islam dan berpindah ke agama lain.
4. Agar muslimin beriman pada sebagiannya ayat – ayat Al – Qur’an dan Hadist Rasulullah SAW, tetapi kafir terhadap sebagian yang lainnya. “Kemudian kau (bani israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan dari pada kau dari kampong halaman. Kamu bantu membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan tetapi kalau mereka dating kepadamu sebagai tawanan, kau tebus mereka. Padahal mengusir itu (juga) terlarang bagimu. Apakah kau beriman pada sebagian Al Kitab(taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah tanggapan bagi orang yang berbuat demikian dari padamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari final zaman mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat, Allah tidak lengah dari apa yang kau perbuat.” Q.S.Al Baqarah:85
5. Mendangkalkan Aqidah hingga pemurtadan sehingga umat Islam akan menjadi lemah dalam segi kuantitas. “Mereka tidak henti– hentinya memerangi kau hingga mereka (dapat) mengembalikan kau dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad diantara kau dari agamanya, kemudian dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah sia – sia amalannya di dunia dan akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka abadi didalamnya.” Al Baqarah:217.
6. Agar generasi kaum muslimin mengikuti syahwat dan meninggalkan shalat. “Maka datanglah sehabis mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia – nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, maka mereka akan menemui kesesatan.” Q.S.Maryam:59.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ghozwah dan Fikr. Ghozwah berarti serangan, serbuan atau invasi. Fikr berarti pemikiran. Serangan atau serbuan disini berbeda dengan serangan dan serbuan dalam qital (perang). Secara Istilah Penyerangan dengan banyak sekali cara terhadap pemikiran umat Islam guna merubah apa yang ada di dalamnya sehingga tidak lagi bisa mengeluarkan darinya hal-hal yang benar dikarenakan telah tercampur aduk dengan hal-hal tak islami.
B. SARAN
Penulis menyarankan supaya pembaca bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dengan bersungguh-sungguh alasannya kita dihadapan dengan fenomena Ghozwul Fikri yaitu perang pemikiran yang bersifat nonfisik