Arus Balik Pdf Karya Pramoedya
Nusantara menjadi saksi bisu, kecanggihan kerajaan besar penguasa arus selatan sampai bisa menerjang penguasa kerajaan utara. Majapahit, menjadi kekuatan bahari paling besar pada masa nya (1350 - 1389 M), mengusai nyaris seluruh kepingan dari negara Indonesia di saat ini, sampai Singapura (Tumasik), Malaysia (Malaya), dan beberapa negera ASEAN lainya.
Tapi, itu cuma kisah kisah masa kemudian bagi penduduk desa di saat itu. Kerajaan Majapahit sudahlah hancur dalam perang kerabat tak berkesudahan, wafatnya sang Mahapatih Gajah Mada menjadi titik awal, kemudian berturut-turut insiden menggrogoti kerajaan ini, dan risikonya lenyap sehabis kedatangan agama Islam.
Setelah itu Arus pun berbalik, kerajaan-kerajaan yang dahulunya berada dalam kekuasaan Majapahit risikonya melepaskan diri. Para keturunan aristokrat Majapahit pun lebih menegaskan berfokus terhadap kekusaaan yang tersisa, tergolong Raja Tuban Wilwatika.
Tidak menyerupai nenek moyangnya, Wilwatika tidaklah berminat untuk menguasai atau memperluas kekuasaanya,"Perdamaian jauh lebih mempunyai arti buat rakyat", ucapnya. Tapi, hidupnya akan berubah drastis bukan saja bergeraknya arus dari eksternal (kedatangan Portugis) dan internal (munculnya Demak), tetapi yang lebih penting hadirnya sosok Galeng cowok desa yang timbul dalam hiruk pikuk arus tersebut.
Galeng yaitu cowok desa yang memiliki ketangkasan, kecerdasaan, dan keberanian dibandingkan cowok lain. Kemampuan nya itu pun di tambah selama masih tinggal di desa, ia sering mendengar "ocehan" dari Rama Cluring yang katanya pernah mencicipi kecanggihan Majapahit.
Kemampuan fisik diikuti luasnya wawasan, menjadi modal penting Galeng untuk masuk selaku pemain drama dalam arus balik Nusantara di saat itu. Hasilnya babak itu di mulai di saat Galeng menghadiri kejuaraan di Tuban bareng kekasihnya Idayu.
Kemenengan Galeng selaku juara dalam kejuaran itu menjadi titik permulaan pergumulan cowok desa itu. Munculnya pertentangan menyerupai pengkhianatan, kehidupan feodal, hadirnya para "penjilat", memperbesar pertentangan dalam kerajaan Tuban.
Kedatangan Portugis menguasai Kerajaan Malaka menjadi babak permulaan Galeng selaku duta Tuban dalam pertempuran merebut Malaka, yang di pimpin oleh Adipati Unus (Laksamana Demak), walau risikonya pasukan Nusantara kalah alasannya yaitu belum bersatunya pasukan kerajaan tersebut.
Selain kisah peperangan, dalam novel ini Pram pun mengisahkan bagaimana akulturasi budaya penduduk Jawa yang dahulunya Hindu-Buddha menjadi Islam. Walau tugas Wali Songo tidak terlampau ditonjolkan namun sosok Muhammad Firman (Pada) menjadi referensi bagaimana Islam mulai masuk ke penduduk Jawa.
Muncullah drama di sini, bagaimana Firman berperang melawan budaya Hindu -Buddha yang masih kental di saat itu. Akhirnya sungguh sedikit dari masyrakat jawa pedalaman yang me ameluk agama Islam.
Sosok Firman ini menjadi sosok penting alasannya yaitu ialah Musafir yang eksklusif diutus oleh Sunan Bonan untuk membuatkan agama Islam. Namun, sehabis wafatnya Adipati Unus dan digantikan Raden Trenggono merubah arus politik Demak.
Arus yang tadinya mengarah ke pertempuran terhadap Portugis (Peranggi) berubah setahap demi setahap ke arah ekspansi daerah oleh Raden Trenggono. Hal yang menggugurkan impian Adipati Unus.
Pram pun menyungguhkan, bagaimana bangsa-bangsa Nusantara di saat itu dapat berkerja sama dengan pasukan Portugal (Peranggi).
Mulai dari Kerajaan Blambangan dan para pasukan pemberontak Ki Aji Benggala, menghasilkan kita mengenali cara para penjajah setahap demi setahap memperoleh potensi untuk menaklukan Nusantara.
Tapi disini, kesanggupan Galeng selaku tokoh Protagonis risikonya timbul dan daya karismanya mengalahkan aura Raja Walwatika.
Akhirnya pertempuran demi pertempuran pun bermunculan di tanah Jawa, pulau yang tenang itu meningkat menjadi tempat peperangan. Galeng, nantinya menjadi Wiragaleng risikonya menjadi tokoh yang dinantikan untuk menghalau penjajah, menghentikan pertempuran saudara, mempersatukan Nusantara layaknya Gajah Mada.
Tapi, menyerupai kata Pram bahwa Arus di saat itu sudah berbalik, apakah Galeng bisa membalikan arus itu menyerupai dulu kala? Atau pasti Arus -nya tetap Balik?
Novel Arus Balik ini katanya ialah karya terbaik dari Pramoedya Ananta Toer selain novel-novel ciptaanya. Tapi, kecanggihan Pram menyuguhkan realisme sosial dalam kisah novel tentulah menjadi kekuatanya.
Hal inilah yang menghasilkan Pram bahkan bisa dibandingkan (Bahkan lebih) dengan J.K.Rowling (pencipta Harry Potter), Dan Brown (Da Vnci Code, dll).
Tapi, diskriminasi terhadap Pram menghasilkan karya-karya nya tidak pernah muncul. Padahal, menu Novel Pram ialah "Real" yang terjadi pada masyarakat. Mungkin Pram benar, kini Arus sudah berbalik.