Plague Doctor Sejarah Menyeram Di Balik Dokter Wabah Pes
Jika mendengar kata dokter, maka kita bakal membayangkan sosok berpakaian serba putih yang siap memperlihatkan kenyamanan dan pertolongan terbaik kepada pasiennya. Namun hal tersebut tidak berlaku untuk dokter-dokter Eropa di Abad Pertengahan. Pasalnya alih-alih mengenakan pakaian serba putih yang terlihat menyejukkan, mereka justru mengenakan pakaian berwarna gelap yang bakal membuat pasiennya kian merinding menantikan nasibnya.
Dokter yang dimaksud di sini yaitu dokter wabah (plague doctor). Berkat penampilan mereka yang sangat khas, dokter wabah pun menjadi sosok asal Abad Pertengahan yang begitu gampang dikenali. Istilah dokter wabah dipakai alasannya yaitu dokter ini memang bertugas menangani pasien-pasien korban wabah yang tengah menimpa Eropa pada Abad Pertengahan, khususnya wabah penyakit mematikan yang dikenal sebagai Maut Hitam (Black Death).
Maut Hitam sendiri aslinya merupakan wabah penyakit pes yang pertama kali muncul di Asia pada era ke-14. Sesudah itu wabah tersebut menyebar ke Eropa dikala pasukan Mongol yang tengah mengepung benteng di Krimea melontarkan mayat-mayat korban wabah ke balik tembok benteng dengan menggunakan ketapel raksasa. Sahabat anehdidunia.com dari sana, wabah tadi lalu menyebar ke seluruh Eropa dan menewaskan lebih dari separuh populasi penduduk Eropa. Dokter wabah gres turun menjalankan tugasnya dikala mendapatkan usul dari desa atau kota yang sedang diterpa oleh wabah penyakit. Di atas kertas, kiprah mereka yaitu merawat mereka yang sedang terserang penyakit wabah, atau menguburkan mayatnya kalau korban terlanjur sudah tidak sanggup ditolong.
Namun dalam praktiknya, kiprah dokter wabah tolong-menolong lebih dari itu. Mereka juga bertugas mencatat jumlah korban tewas supaya sanggup dijadikan ajaran oleh khalayak umum. Saat korban sudah hampir meninggal, dokter wabah bakal menanyakan keinginan terakhir korban dan mencatatnya. Karena dokter wabah kerap berinteraksi eksklusif dengan para korban yang tubuhnya tengah terserang penyakit menular, maka dokter wabah pun mempunyai resiko tinggi untuk ikut jatuh sakit. Untuk itulah, dokter wabah memerlukan perlengkapan khusus supaya dirinya sanggup tetap menangani korban tanpa ikut bernasib sama mirip korban.
Penggunaan pakaian pelindung sendiri sudah dikenal oleh dokter wabah semenjak sebelum era ke-17. Namun gres semenjak tahun 1619, kostum dokter wabah yang ikonik ditemukan dan lalu menjadi semacam pakaian standar bagi para dokter wabah di masa itu. Adapun sosok yang berjasa dalam membuat kostum ini yaitu Charles de Lorme, kepala dokter yang pernah melayani tiga raja Perancis berbeda (Henri IV, Louis XIII, Louis XIV) serta keluarga kaya Medici di Italia. Kostum ciptaan Lorme terdiri dari sejumlah perlengkapan yang gampang dikenali di masa sekarang. Di atas kepalanya, dokter wabah menggunakan topi bulat yang terbuat dari kulit. Tujuan pemakaian topi ini yaitu supaya orang-orang sanggup mengenali kalau sang pemakai topi yaitu dokter.
Di bab wajah, dokter wabah mengenakan topeng yang bentuknya mirip kepala burung, lengkap dengan paruhnya. Topeng mirip burung sendiri dipakai alasannya yaitu pada masa itu, orang-orang percaya kalau wabah Maut Hitam disebarkan lewat perantaraan burung. Makara dengan berdandan mirip burung, penyakit yang semula hinggap pada pasien diperlukan akan berpindah pada kostum burung.
Pada masa itu, orang-orang juga percaya kalau udara yang kotor sanggup membantu mengembangkan wabah. Oleh alasannya yaitu itulah, bab paruh topeng diisi dengan adonan wangi-wangian yang terdiri dari adonan daun bunga, kayu manis, sampai cengkeh. Harapannya basi harum yang timbul sanggup membantu melindungi sang dokter dari penyakit yang diderita pasien. Bagian lubang mata pada topeng juga dipasangi dengan semacam beling supaya dokter wabah sanggup tetap melihat tanpa khawatir bakal ikut tertular.
Lorme juga mendesain kostumnya sedemikian rupa semoga kulit dokter wabah tidak bersentuhan eksklusif dengan pasien. Untuk itulah dokter wabah mengenakan kostum panjang dari bab kepala sampai mata kaki. Sahabat anehdidunia.com jubah tersebut dibentuk dari kulit kambing dan dilapisi dengan semacam lilin supaya cairan badan pasien tidak melekat pada kostum. Di bab tangan, dokter wabah mengenakan sarung tangan. Sementara bab kakinya dilindungi dengan sepatu tertutup. Dokter wabah juga melengkapi dirinya dengan tongkat supaya sanggup mengusut pasien tanpa harus bersentuhan eksklusif dengannya. Dalam kasus tertentu, tongkat ini juga sanggup dipakai sebagai alat bela diri kalau pasien tidak sanggup mengendalikan dirinya dan malah menyerang sang dokter.
Karena kostum yang dikenakan oleh dokter wabah begitu khas, maka kostum tersebut menjadi identik dengan periode Maut Hitam yang penuh dengan maut dan penderitaan. Saat seorang dokter wabah berjalan di antara korban-korban wabah yang bergelimpangan, sosoknya terlihat kolam burung bangkai yang sedang berkeliaran mencari makan di atas timbunan mayat.
Efektifitas kostum ini dalam melindungi dokter wabah dari penyakit sendiri masih diperdebatkan. Pasalnya tidak sedikit dokter wabah yang pada jadinya ikut tertular dan ikut meninggal sebagai bab dari wabah. Lorme selaku pencipta kostum ini sendiri diketahui gres meninggal pada usia 90-an. Hal yang cukup mengagumkan mengingat begitu menakutkannya kondisi pada masa Maut Hitam.
Jika pasien Maut Hitam merasa kalau penyakit yang dideritanya sungguh menyiksa, maka teknik pengobatan yang dipakai oleh dokter wabah tidak kalah menakutkan. Saat mengobati pasien, tidak jarang dokter wabah secara sengaja melukai pasien dan membiarkan darahnya mengalir keluar alasannya yaitu adanya iktikad kalau keluarnya darah membantu mengeluarkan racun yang ada di dalam tubuh. Pasien juga bakal diminta melaksanakan hal-hal menjijikan semisal meminum kembali air seninya.
Gejala yang lazim muncul pada penderita Maut Hitam yaitu munculnya bisul-bisul hitam di sekujur tubuh. Ketika menangani pasien, dokter wabah akan menggosok-gosokkan bawang, daun bunga, lintah, atau bahkan kodok pada abses hitam tersebut. Sahabat anehdidunia.com jika kondisi pasien tidak kunjung membaik, dokter wabah bakal beralih ke metode ekstrim semisal memasukkan pasien ke dalam semacam oven raksasa dan meminta pasien meminum air raksa yang notabene mematikan bagi manusia.
Maut Hitam pada masa itu juga dipandang sebagai eksekusi dari Tuhan kepada manusia. Atas dasar pemikiran tersebut, mereka yang terkena wabah Maut Hitam bakal mencambuki diri mereka sendiri dengan impian dosa dan penyakit yang tengah menjangkitinya bakal menghilang. Jika pasien tidak cukup besar lengan berkuasa untuk mencambuki dirinya sendiri, pasien bakal meminta pemberian kepada dokter wabah untuk mencambuki dirinya.
Metode-metode pengobatan yang dipakai oleh dokter wabah memang terkesan tidak masuk logika kalau menggunakan sudut pandang zaman sekarang. Namun hal tersebut tidak lantas menunjukan kalau keberadaan dokter wabah menjadi tidak mempunyai kegunaan sama sekali. Nostradamus yaitu salah satu dokter wabah yang paling populer dikala wabah Maut Hitam berlangsung.
Alih-alih menggunakan metode berunsur takhyul, Nostradamus lebih menentukan untuk menggunakan metode-metode mirip menjauhkan jenazah korban wabah dari pasien lain, meminum air bersih, menghirup udara segar, serta melarang dokter wabah untuk melukai pasiennya sendiri. Karena metode yang ditempuhnya memperlihatkan hasil yang nyata, metode yang dipakai Nostradamus pun lalu turut diadopsi oleh dokter-dokter wabah lainnya.
Sumber :
https://www.ancient-origins.net/artifacts-ancient-technology/secrets-behind-plague-doctor-s-terrifying-costume-009201
https://plaguedoctormasks.com/history/
https://www.ranker.com/list/facts-about-medieval-plague-doctors-and-their-methods/melissa-sartore