Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Arok Dedes Pdf Karya Pramoedya


Sinopsis Buku Arok Dedes Karya Pramoedya
Review Buku Arok Dedes Karya Pramoedya
Download Ebook Arok Dedes pdf Karya Pramoedya


Bila anda telah mengenal tetralogi Bumi Manusia atau tetralogi Buru karya Pramoedya, maka bersamaan di penjara Buru yang serupa Pramoedya melahirkan tetralogi yang yang lain yang dimulai dengan kisah Arok Dedes, Mata Pusaran, Arus Balik, dan Mangir.

Tetralogi pertama mengisahkan pergumulan jaman kolonial kala ke 20. Tetralogi Arok Dedes mengisahkan intrik intrik wangsa Isana - yang melahirkan raja Erlangga dan Jayabaya - pada era Ken Arok.

Entah apa yang ada dalam pikiran Pramoedya. Namun saya kurang oke dengan pengirim oleh penerbit Lentera dipantara yang mentamsilkan karyanya ini dengan perebutan kekuasaan merangkak. Bagi saya perebutan kekuasaan merangkak cuma perang kata kata dari segerombolan jenderal renta kepada segerombolan jenderal renta lainnya.



Karya ini jauh mendebarkan. Sepanjang buku, Pramoedya tak henti henti mengangkat kontradiksi antar pengikut Syiwa, Wisynu, Budha, dan pemuja arwah leluhur di Nusantara kala itu. 

Ketika Raja Erlangga bertahta, dia selaku penganut Wisynu menyatakan bahwa insan boleh 'naik kelas' berdasar upaya upaya yang dicapainya, tidak cuma melulu berdasar garis keturunan. Seorang sudra boleh menjadi akuwu ( Raja bawahan) yang umumnya dimonopoli kaum satria. 

Titah ini bukan tanpa tentangan. Kaum Brahmana yang menganut Syiwa simpel merasa menjadi termarjinalkan dengan Magna Charta ala Erlangga ini. Dari suasana politik inilah Pram mengawali kisahnya.

Negeri Tumapel, dibawah kerajaan Kediri ( 1185-1222). Yang berkuasa merupakan akuwu Tunggul Ametung, seorang Sudra yang menjadi akuwu dengan ototnya. Dan tentunya menjadi otoriter. 

Tidak saja kaum Sudra yang dilindasnya, bahkan berani menculik seorang brahmani, brahmana wanita yang berjulukan Dedes. Suatu yang dianggap pelecehan oleh para pengikut syiwa. Para Brahmana yang diketuai Lohgawe mendesain pembalasan.

Mulailah operasi pembalas dendaman ini. Lohgawe mengangkat seorang muridnya yang paling berbakat, Arok. Mula mula Arok menggoyang Tumapel dengan pemberontakan dengan di seluruh negeri. 

Kala Tunggul Ametung mulai kepayaham, maka dia mencari dukungan kaum brahmana selaku pemegang otoritas keilmuan. Siapa lagi kalau bukan tiba ke Lohgawe selaku yang paling mumpuni dikala itu. 

Pucuk dicinta, ulam tiba. Segera saja Lohgawe 'menyusupkan' Arok selaku penyelamat negeri. Negeri memang secepatnya aman. Namun intrik intrik menjadi tak tertahankan di ibu kota Tumapel.

Situasinya menjadi rumit. Ada Tunggul Ametung. Ada Arok dengan pasukannya yang sedang naik daun. Ada Brahmana Belakangka, wakil Kediri di Tumapel. Ada Kebo Ijo perwira berani tetapi tolol yang berambisi menjadi akuwu alasannya merasa lebih berhak akhir darahnya yang berkasta satria. 

Ada Empu Gandring, pemilik pabrik senjata yang mempunyai kesibukan menjangkau tahta juga. Ada Dedes yang bertujuan mengkhianati Ametung dan mulai jatuh cinta pada Arok. Dan tentu  saja Lohgawe sang king maker.

Begitulah Intrik intrik diakhiri dengan terbunuhnya Ametung oleh Kebo Ijo dengan imimg iming cinta oleh Dedes. Satu satu, Belakangka, empu Gandring mulai disapu. Tinggalah Arok yang melenggang menjadi akuwu dan menikahi Dedes. Sebuah plot kisah yang rumit dan mengaduk ngaduk emosi.

Ada catatan kecil : plot kisah Pramoedya jauh berlainan dari model lazim dengan kisah pengerjaan keris oleh empu Gandring yang mengkonsumsi korban hingga tujuh turunan. Saya akan sungguh bahagia kalau ada pembaca yang mengenali kenapa hingga terjadi perbedaan model itu.