Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Drama Mangir Pdf Karya Pramoedya


Sinopsis Buku Drama Mangir Karya Pramoedya
Review Buku Drama Mangir Karya Pramoedya
Download Ebook Drama Mangir pdf Karya Pramoedya

Mangir ialah naskah sandiwara yang dinovelkan. Di sampul depan buku itu pun tertulis ‘Drama Mangir’. Kaprikornus di saat membacanya, Anda tidak akan mendapatkan deskripsi panjang menyerupai dalam novel atau dongeng pada biasanya melainkan pembicaraan antartokoh. 

Penegasan karakter, latar, dan alur seluruhnya diterangkan lewat tokoh-tokohnya itu sendiri.
Seperti karya Pram lainnya, karyanya yang satu ini juga berupa realisme murni. 

Didasarkan pada riset sejarah yang mendalam dan penulisannya didasarkan pada fakta-fakta yang ada. Bahkan dapat digolongkan selaku goresan pena nonfiksi yang dihidangkan dengan gaya bahasa goresan pena fiksi.

Mangir menceritakan insiden yang sesungguhnya terjadi antara Ki Ageng Mangir Muda dan ular Baru Klinting. Dalam legenda Jawa, ada kisah wacana ular Baru Klinting. 

Dulu sekali waktu masih kecil, aku pernah membaca dongeng ini. Dalam dongeng tersebut disebutkan bahwa Ki Ageng Mangir sukses menaklukkan ular raksasa yang panjangnya cukup untuk melingkari Gunung Merapi. Nggak kebayang bukan seberapa besarnya ular itu?

Mangir-nya Pram menyelisik semua tabir yang menutupi dongeng rakyat tersebut dari dongeng yang sebenarnya. Ia menyampaikan bahwa Baru Klinting bukanlah ular sungguhan. 

Ia ialah seorang insan yang dikiaskan dengan ular. Sosok Baru Klinting yang sebetulnya insan disembunyikan dalam sosok ular! Ia pun menerangkan lebih rincian bahwa sudah menjadi ciri khas penulis Jawa masa kemudian untuk menyamarkan sosok yang dianggap berbahaya dan untuk menyingkir dari penggambaran kehabisan watak.


“Kerasnya feodalisme Jawa sudah menciptakan kehati-hatian para pujangganya, suatu kehati-hatian yang keras berlebihan untuk tidak menggunakan kata kehabisan watak.” – Pram

Kehati-hatian itu diwujudkan dengan sanepa atau kiasan. Selain Baru Klinting yang dikiaskan selaku ular, Pram menuturkan lebih lanjut:


“Sudah menjadi kebiasaan dalam penulisan tradisional Jawa sejak Airlangga (1010-1049), musuh atau oknum yang tidak disenangi oleh raja atau dinastinya digambarkan selaku bukan sepenuhnya-manusia (Calon Arang misalnya), yang terpuji selaku pahlawan contoh yang diambil dari tokoh-tokoh Bharatayudha, dan bila seseorang dari rakyat pada biasanya digambarkan sempurna selaku binatang dengan sifat-sifatnya (dalam dongeng Sangkuriang misalnya).” – Pram

Dari penuturan Pram di atas, menyampaikan bahwa orang Jawa sungguh cakap menyembunyikan maksud. Jangan-jangan dalam dongeng rakyat Jaka Tarub, Roro Jonggrang dan yang lain-lain ada fakta yang disembunyikan. 

Masih menurut Pram, pengkiasan ini menyusahkan generasi berikutnya menebak apa yang sesungguhnya terjadi di masa itu.

Saat membaca buku ini, jangan pribadi meloncat ke bab inti cerita. Usahakan untuk menyelesaikan bab pengirim yang jumlahnya meraih 40 halaman! Akan ada miss dan mutiara-mutiara yang terlupakan jikalau Anda melalaikan bab pengirim yang lumayan banyak itu. 

Selain itu, Anda akan memerlukan fokus yang cukup tinggi alasannya gaya bahasanya lebih menyerupai orang yang sedang berpuisi ketimbang sedang bercakap-cakap.

Sedikit ringkasan wacana Mangir, Mangir yakni nama suatu tanah perdikan yang ada di Yogyakarta. Lokasi tepatnya berada di sekeliling Kota Gede. Latar waktu terjadinya dongeng ini yakni antara tahun 1575-1577. 

Bumi Mangir yakni bumi yang tenang dan makmur dan tidak tergolong dalam tata cara pemerintahan kerajaan. Konflik mulai timbul di saat Kesultanan Mataram (Kerajaan Mataram Islam) ingin menaklukkan tanah perdikan ini.

Karena sungguh sulit ditaklukkan, raja Mataram di saat itu yakni Panembahan Senapati mengorbankan putrinya sendiri, Putri Pambayun, selaku umpan untuk memata-matai Ki Ageng Mangir Muda. 

Yang terjadi kemudian, Putri Pambayun malah berbalik mengkhianati ayahnya sendiri.