Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Homo Deus: A History Of Tomorrow Karya Yuval Noah Harari


Apa yang menghasilkan insan merasa superior atas alam dan seisinya? Apa yang membedakan insan dengan serigala, paus, harimau? Apa yang terjadi besok, apakah insan akan hilang dari wajah bumi?

Pertanyaan-pertanyaan dasar yang timbul di dalam buku Homo Deus, sejarah tentang masa depan yang ditulis oleh Yuval Noah Harari. Buku yang ia tulis sebelumnya berjudul Sapien menggambarkan sejarah tentang manusia, siapa kita, kenapa insan terbaru sukses menyingkirkan saudara-saudara kita sebelumnya? Ada enam jenis insan dalam sejarah, terakhir merupakan Neaderthal yang dihindari oleh insan modern. Di bab selesai Homo Deus, Harari wanti-wanti ini bukan buku ramalan, ia cuma menggambarkan apa yang bekerjsama sedang terjadi dan apa saja yang mungkin terjadi menurut hal tersebut.

Buku ini menawan dibaca alasannya mempersempit bahasa sains yang ngejelimet bahkan sehabis turun di National Geographic. Saya menggemari gaya penulisannya yang dilengkapi dengan banyak rujukan dan pertanyaan-pertanyaan sederhana dan membumi. Buat aku yang bukan berlatar belakang sains niscaya seumpama IPA, tentunya ini berkah.

Harari membeberkan kenyataan bahwa sains dan agama senantiasa berlainan namun juga senantiasa beiringan. Agama menyebutkan insan memiliki keistimewaan alasannya memiliki ruh yang ditiupkan Tuhan ke dalam raga manusia. Tapi dalam sejarah ilmu wawasan pasti, para ilmuwan tidak dapat menerima kemunculan ruh dalam badan manusia. Iya, insan memiliki akal, namun tak ada ruh seumpama juga binatang lainnya. Lalu ruh itu apa?

Satu-satunya argumentasi yang dapat menghasilkan insan merasa superior dari binatang merupakan kemampuannya menulis, tentang sejarah keberadaannya. Tanpa itu, insan tak lebih dari binatang yang dapat diterangkan secara keilmuwan tentang kesanggupan raganya menyesuaikan diri dengan kehidupan.

Di buku ini Harari menjelasan perjalanan doktrin yang menghasilkan insan hidup selaku makhluk social dengan normanya yang dikelola dalam agama selaku imagined order, kemudian paham politik seumpama komunisme, liberalisme dan humanisme. Liberalisme – Humanis merupakan kita hari ini, bahwa kita memiliki keleluasaan individu yang mutlak, bebas memilih, bebas berpikir bahwa dunia ini bergerak alasannya kesanggupan kita langsung selaku manusia. Or is it?

Lalu datanglah dimana dimana Tuhan gres berjulukan Data itu muncul. Tuhan atau Dewa yang lahir dari Silicon Valley, yang menghimpun data untuk kemudian dimasak dan dikembalikan selaku ‘pilihan’ yang tersedia untuk manusia. Data merupakan sumber kehidupan. Data lebih tahu dibandingkan dengan diri kita sendiri. Data mengendalikan kehidupan kita sebenarnya. Bahwa insan tak lebih dari algoritma yang dapat dikelola tentang pengalamannya, emosinya dan keputusannya. Facebook dan Google tahu lebih banyak tentang diri kita dan masa depan dibandingkan dengan kitab suci yang dibentuk oleh insan ratusan tahun silam.

Pada risikonya insan akan tergantikan oleh manusia-manusia super dengan intelejensia super, yang Harari sebut selaku Homo Deus. Kita akan musnah, kecuali jikalau terus mengupgrade dan mengupdate semua warta dan data yang tersebar bebas di dunia maya dan nyata. Tapi bahkan ilmuwan tak membaca jurnal setiap saat, kemudian kita?

Kalimat-kalimat yang tertulis di sampul belakang buku sungguh menawan untuk dicatat:
  • You are more likely to commit suicide than be killed in conflict
  • You are more at risk of obesity than starvation
  • Equality is out – immortality is in.

Semakin mutakhir teknologi, kian tinggi kesenjangan yang terjadi di dunia. Karena teknologi mahal harganya yang cuma bisa dicicipi oleh WEIRD – Western, Educated, Industrialised, Rich and Democratic society yang tidak mewakili sampel insan secara keseluruhan.

Baca aja deh, Homo Deus ini ga cocok buat kau yang bersumbu pendek alasannya ada banyak yang menyinggung soal ulama, pendeta dan rabi yang tidak berkhasiat bagi kemakmuran dan kebahagian insan alasannya cuma memasarkan ‘khayalan’ dan tidak menampilkan bantuan pada kehidupan kecuali sejarah tentang kekerasan.